Jumat, 05 Juli 2013

Moeslim-Marxist: arti lambang dan pemikiran

Bulan bintang adalah simbol Islamisme/ Pan Islam, sedangkan palu-arit adalah lambang komunisme.
Warna merah mewakili Marxisme (sosialisme ilmiah) dan hitam adalah sikap zuhud.

Bulan sabit dan bintang menjadi simbol Islam untuk pertama kali pada masa imperium Sultan Muhammad II yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad Al-Fatih yang berhasil menjatuhkan kota konstantininopel dan menjadikannya sebagai ibu kota Khilafah Turki Utsmani. Pusat peradaban Islam.

Wilayahnya adalah tiga benua dengan semua peradaban yang ada di dalamnya. Saat itu bulan sabit digunakan untuk melambangkan posisi tiga benua itu: 
- Ujung yang satu menunjukkan benua Asia yang ada di Timur, 
- ujung lainnya mewakili Afrika yang ada di bagian lain dan 
- di tengahnya adalah Benua Eropa. 
Sedangkan lambang bintang menunjukkan posisi ibu kota yang kemudian diberi nama Istambul yang bermakna: Kota Islam.
 
Kemenangan Al-Fatih tidak lepas dari sabda Rasulullah “Qonstantinopel akan kalian bebaskan. Pasukan yang mampu membebaskannya adalah pasukan yang sangat kuat. Dan panglima yang membebaskannya adalah panglima yang sangat kuat.”
 
Sebelumnya penggunaan simbol bulan sabit dan bintang juga sering digunakanpada massa pra Islam. Hingga kini simbol bulan sabit dan bintang merupakan simbol kehadiran gerakan Moeslim.

Lambang palu-arit, sangat jelas merupakan gerakan komunisme, simbol dari gerakan kaum pekerja (buruh-tani) yang bersatu membangun kekuatan untuk melawan penindasan kaum borjuis. Meskipun Karl Marx tidak merumuskan bentuk-bentuk simbol masyarakat komunis dan gerakannya tapi simbol ini muncul dari kalangan proletar.
 
Palu arit dikenal sebagai simbol partai komunis di seluruh dunia ini melambangkan persatuan kaum tani (arit) dan buruh (palu). Pada saat Revolusi Bolshevik tahun 1917 di Rusia simbol tersebut sudah digunakan, namun belum diresmikan sebagai lambang partai. Baru kemudian pada tahun 1922, ketika Tentara Merah menggunakan tanda palu arit sebagai lambangnya, simbol ini diresmikan penggunaannya sebagai lambang partai komunis di seluruh dunia.

Bintang merah, Bintang merah yang berujung lima adalah lambang komunisme serta sosialisme yang lebih umum. Yang melambangkan kelima jari tangan pekerja, serta kelima benua. Bintang berujung lima dimaksudkan untuk mewakili kelima kelompok sosial yang akan membawa Rusia ke komunisme: kaum muda, militer, industri , buruh petani, dan cendekiawan.

Bintang merah adalah salah satu lambang, simbol, dan tanda yang mewakili Uni Soviet di bawah kekuasaan dan bimbingan Partai Komunis, serta palu dan arit. Juga dipakai sebagai lencana di kamp tawanan Jerman pada saat itu di bawah Hitler dan WWII (perang dunia 2) untuk menandakan komunis.

Warna merah adalah warna komunis, berafiliasi dengan partai-partai dan gerakan-gerakan revolusioner diberbagai negara didunia.

Warna hitam adalah warna ke'zuhud'tan, meskipun pernah di'klaim' oleh kaum anarki dalam gerakannya, tapi warna hitam ini dipilih untuk melambangkan sikap zuhud kelompok pejuang Moeslim-komunis.

Senin, 01 Juli 2013

Teori nilai lebih dan gerakan Islam pembebasan

Surat elektronik dari Kamerad Yoe berjudul "Teori nilai lebih dan gerakan Islam pembebasan"


Kamerad
Seperti kita ketahui, bahwasannya tidak terdapat sama sekali "sektarianisme", dalam artian adanya doktrin-doktrin yang sempit dan picik, doktrin yang dibangun jauh dari jalan raya perkembangan peradaban dunia didalam teori Marx. Bahkan Marx mengkritik berbagai ketimpangan yang diakibatkan oleh borjuasi. Kini, hari ini kita dapat saksikan sendiri bagaimana ketimpangan-ketimpangan tersebut telah menjadi tradisi-prasyarat gerak perekonomian negara-negara dunia, hal demikian ini seharusnya jadi mustahil jika borjuasi tidak dominan.

kaum borjuis terlebih dahulu menciptakan ketergantungan kepada kaum buruh dan kaum miskin lainnya, gaya hidup borjuis jadi santapan yang dipaksakan untuk dapat diteladani oleh masyarakat. Disini kelas borjuis~harus kita akui telah memenangkan perebutan budaya dalam masyarakat. Kelas borjuis telah menciptakan gaya hidup konsumtif untuk menguatkan ketergantungan: dimana buruh dibayar murah dan harga hasil produksi masuk dalam kendali mereka. Terciptalah keterasingan.

Kelas borjuis pun dengan berlandaskan liberalisme-hedonistiknya telah berhasil mengasingkan agama, karena kebodohan masyarakat sendiri yang memposisikan agama sebagai candu/ tempat 'utopisme' tentang ketenangan dan surga yang dicita-citakan tanpa mampu menjelaskan mengapa mereka harus beragama. Kini, saat ini dapat kita saksikan bagaimana agama hanyalah sebagai barang dagangan yang ditawarkan dalam etalase-etalase kapitalis. Agama terbatas pada simbol-simbol dan ritual tanpa dimengerti.

Dan yang lebih buruk dari itu, adalah munculnya agama yang terbatas sebagai ideologi yang menjual ketentraman dan kehidupan kelak (utopisme surga). Hampir-hampir saudara-saudara kita yang tergabung dalam gerakan wahabi~disini tampak jelas kehadiran mereka terwakili dalam FPI, PKS dan HTI yang memaknai agama sekedar sebagai bentuk materialisme. Mereka menawarkan solusi "khilafah" sebagai pembebasan tanpa pernah dimengerti jika hal demikian itu hanyalah menawarkan keterasingan dengan mengunggulkan bentuk borjuasi sendiri. Berhasil-tidaknya mereka, pada dasarnya tidaklah memberi kebebasan kepada masyarakat.

Kamerad,
Sejarah telah mencatat kritik Marx pada kondisi yang sedemikian ini melalui teori nilai lebih yang tidak terbayar, kita kenal dengan istilah "surplus value", pertukaran yang tidak proporsional antara nilai pakai dan nilai tukar. Dalam hal ini keuntungan yang lebih besar dimiliki oleh para kapitalis, dan buruh tidak berkuasa atas nilai lebih yang telah dihasilkannya sebagai tenaga kerja.

Dalam kesempatan itu Marx membahas proses kerja, suatu kegiatan produksi nilai-pakai. Kerja adalah syarat eksistensi manusia yang abadi dan alamiah. marx menyatakan bahwa tujuan berproduksi adalah sebagian dari “sifat alamiah manusia” pada para pekerja menderita ‘penyimpangan’ di dalam sistem kapitalis, sebab tujuan kerjanya dipaksakan atas mereka. Kerja produksi mereka bukan keinginan mereka sendiri, tak lain adalah keterasingan: bekerja untuk bertahan hidup.

Dapat dikemukakan disini sebagaimana yang dialami oleh buruh pada suatu pabrik sepatu, dimana perharinya dalam penyelesaian sepasang sepatu oleh seorang buruh akan dihargai sebesar sepuluh ribu rupiah oleh pabrik, kemudian hari buruh tersebut harus membeli sepatu untuk anaknya yang baru masuk sekolah dengan produk yang sama tapi harga berbeda, hampir mencapai duaratus ribu rupiah! Ini adalah perbudakan!

Tentu budak yang diupah!

Kamerad
Islam adalah agama pembebasan, kehadiran Rasulullah Saw. dengan tanpa paksaan telah menghapus tabiat perbudakkan, tindakan ini tidak saja mendapat tentangan dari bangsa Arab waktu itu, tapi juga serangan serius dari bangsa-bangsa diluar Arab. Perbudakkan baru muncul kembali setelah berakhirnya kekhalifahan, tradisi perbudakkan kembali dan semakin gila, tentu semakin tidak ditolerir seperti saat ini.

Kamerad
Dalam kesempatan ini saya juga mengingatkan akan "bahaya laten" wahabi yang saat ini sedang berupaya keras memenangkan kelasnya di negeri ini, dari orang-orang seperti merekalah perbudakkan kembali menjadi tradisi di tanah Arab setelah berakhirnya kekhalifahan

Kamerad bacalah Lenin:
"Filosofi materialisme yang dipaparkan Marx menunjukkan jalan bagi proletariat untuk bebas dari perbudakan spiritual yang membelenggu setiap kelas yang tertindas hingga kini. Teori ekonomi yang dijabarkan Marx menjelaskan posisi sebenarnya dari proletariat di dalam sistem kapitalisme."

"Organisasi-organisasi independen milik proletariat semakin bertambah banyak jumlahnya, dari Amerika hingga Jepang, dari Swedia hingga Afrika Selatan. Proletariat menjadi semakin tercerahkan dan terdidik dengan membiayai perjuangannya sendiri; mereka membuktikan kesalahan tuduhan-tuduhan masyarakat borjuis; mereka terus memperbaiki strategi perjuangan; menggalang kekuatan dan tumbuh tak terbendung"

Sabtu, 29 Juni 2013

Lahirnya suatu gerakan



Mengibarkan merahnya komunisme menghantam tradisi oposisi. Pesolek-pesolek semacam wahabi, syiah dan ahmadiyah adalah gerakan-gerakan yang mengambil peran sebagai oposisi terhadap kemapanan Islam, karena mereka tidak menemui sedikitpun kenyamanan dalam tradisi Islam. Tentunya untuk membentuk dan menguatkan tradisi masing-masing.



Komunisme adalah bentuk revisi oleh Lenin terhadap Marxis, sedang Marxisme sendiri adalah suatu kritik terhadap sistem ekonomi kapitalis. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial, ia adalah dasar teori komunisme modern. Marxis Menolak Kapitalisme karena menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar,  Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh.Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme harus diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.

Islam dan komunisme tidak akan pernah dapat bersatu, keduanya memiliki daya tolak terhadap satu sama lain dari kecenderungan komunisme yang atheis. Berdasarkan dalil Karl Marx yang menyatakan bahwa agama adalah candulah kaum komunis mengharamkan agama.

Tapi diantara dua kutub yang tidak saja hanya berseberangan (yang bahkan saling tolak-menolak) ini terdapat sedikit peluang untuk menerbitkan suatu gerakan pendobrak. Memang dengan fakta-fakta sejarah yang ada, pertemuan Islam dengan komunis malah menumbuhkan ketegangan-ketegangan, bahkan muncul konflik berdarah dari kegagalan Soekarno untuk menyelaraskannya melalui proyek NASAKOM.



Bahkan sejarah yang mengulas H.M. Misbach, tokoh muslim-marxis dari Surakarta mencatatkan kesimpulan (yang mungkin sangat tergesa-gesa) bahwa "Misbach adalah seorang pragmatis yang sebenarnya tidak mengetahui secara mendalam tentang konsep Islam dan komunisme".Hampir tidak terdapat klarifikasi dalam hal-hal semacam ini, hingga  sejarah pula yang membuka peluang bagi penjelasan-penjelasan yang seharusnya ada, dimana sejarah tiba-tiba menyodorkan kritik H.M. Misbach terhadap keraton dan kemapanan lembaga yang ada seperti Muhammadiyah, SI dan Mambaul ulum "Bahwa kalutnya keselamatan dunia ini, tidak lain hanya dari jahanam kapitalisme dan imperialisme yang berbudi buas itu saja, bukannya keselamatan dan kemerdekaan kita hidup dalam dunia ini saja, hingga kepercayaan kita hal agama pun dirusak olehnya." (Nasehat, 1926)



Dalam kesempatan lain, H.M. Misbach melayangkan kritik  "Kawan kita yang mengakui dirinya sebagai seorang komunis, akan tetapi masih suka mengeluarkan pikiran yang bermaksud akan melenyapkan agama Islam, itulah saya berani mengatakan bahwa mereka bukanya Komunis yang sejati, atau mereka belum mengerti duduknya komunis; pun sebaliknya, orang yang suka dirinya Islam tetapi tidak setuju adanya Komunisme, saya berani mengatakan bahwa ia bukan Islam yang sejati, atau belum mengerti betul-betul tentang duduknya agama Islam" (Islamisme dan Kommunisme, 1925), tepat tertuju pada kaum komunis yang anti Islam dan umat Islam yang anti komunis.

Adapun istilah lain yaitu "kiri Islam" yang pada dasarnya memperdebatkan relevansi Marxisme sebagai gerakan pembebasan, ia bukanlah Islam yang berbaju marxis.

Islam-komunis bukanlah suatu tarekat atau bahkan gerakan khilafah sebagaimana kaum wahabi, ini adalah kondisi, tentunya kondisi dan situasi yang dihadapi dan sedang dijalani oleh seorang muslim, mengenai kesadarannya untuk melakukan gerakan pembebasan. Komunisme harus kembali dimurnikan sebagai Marxis tanpa harus mengikuti pikiran-pikiran Lenin, ia adalah teori dasar gerakan pembebasan.

Mungkin sebenarnya cukup dengan Islam, tapi kenyataan berbicara lain, Islam mengalami perpecahan tanpa mempertimbangkan upaya membebaskan umat dari ketertindasan, bahkan gerakan wahabi di seluruh negara telah juga mengembalikan bentuk keterasingan: ketakutan.

Wahabi dipahami sebagai gerakan imperium yang bertopeng aqidah Islam, gerakannya murni politik teritorial alias penguasaan melalui penaklukkan dan penundukan.